Imam Ali kw. pernah berkata, ”Andai tidak ada lima perkara, seluruh manusia tentu menjadi orang-orang shalih. Pertama: Merasa puas dengan kebodohan. Kedua: Terlalu fokus terhadap dunia. Ketiga: Bakhil terhadap harta. Keempat: Riya dalam beramal. Kelima: Membanggakan diri sendiri.” (An-Nawawi, Nasha’ih al-’Ibad, hlm. 32).

Terkait sikap merasa puas dengan kebodohan, jelas sikap ini tercela. Pasalnya, Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda, ”Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim.” (HR Muslim).

Terkait sikap terlalu fokus terhadap dunia, ini pun buruk dalam pandangan Islam. Sebab, Allah SWT telah berfirman (yang artinya): Carilah pada apa yang telah Allah anugerahkan kepada kalian (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan kalian melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi (QS al-Qashash [28]: 77).

Terkait sikap bakhil terhadap harta, maka kita tampaknya perlu menyadari kata-kata Imam Ja’far ash-Shadiq. Beliau pernah menyatakan, seorang hamba mesti menyadari bahwa apa yang ada padanya bukan miliknya, tetapi milik ’tuan’-nya, yakni Allah SWT. Segala hal yang ada padanya adalah titipan dari-Nya. Jadi, tak selayaknya dia bakhil terhadap harta, yang juga sesungguhnya merupakan titipan Allah yang kebetulan Dia titipkan kepada dirinya.

Terkait sikap riya dalam beramal, Rasul saw. bersabda, ”Sungguh Allah SWT mengharamkan surga atas orang-orang yang berbuat riya.” (HR Abu Nu’aim).

Terakhir, terkait sikap membanggakan diri sendiri, kita wajib menyadari bahwa tak layak manusia membanggakan diri. Sebab, sejak awal manusia diciptakan dari ’air yang hina’. Lebih dari itu, apa yang harus dibanggakan manusia jika semua yang ada manusia, termasuk dirinya sekalipun, adalah milik Allah SWT?